Jumat, 21 Februari 2014

Story : Oniichan no Gisei

Yahoo, minna-san! :D Huwaa! Kitsune dipusingkan oleh try out Bahasa Inggris tadi pagi, nih :( (dan entah kenapa seharian ini Kitsune selalu yandere mode on ==" *ditimpuk sendal*) Ja, hari ini Kitsune pengen ngepost fanfic (?) buatan Kitsune, nih :D Udah lama, sih. Tapi karena nggak sempat (atau males *dijitak*), jadi baru di-post sekarang deh :D



Oniichan no Gisei

Dahulu kala, di sebuah kerajaan yang jauh, seorang ratu mempunyai anak kembar, laki-laki dan perempuan. Namun, keduanya terpisah saat berumur delapan tahun. Enam tahun kemudian, mereka kembali bertemu. Sang gadis menjadi seorang ratu muda yang egois sedangkan saudaranya menjadi pelayan pribadinya.
Honda Sakura membunyikan lonceng yang berada di sampingnya. Tak lama kemudian, Honda Kiku menghadap Sakura dengan kimono sederhana layaknya seorang pelayan istana. Ya, Kiku memang pelayan pribadi ratu. Atau lebih tepatnya, pelayan pribadi adik kembarnya sendiri.
“Apakah Anda membutuhkan sesuatu, Oujo-sama?” tanya Kiku sopan.
Sakura terkekeh. “Jangan terlalu formal begitu, Kiku-niichan,” katanya sambil tersenyum layaknya seorang adik kecil yang manis.
“Tapi...”
“Tak ada orang di sekitar sini yang mendengarnya,” potong Sakura. “Santai saja. Aku takkan menghukum Niichan, kok,” lanjutnya.
Kiku terperangah, lalu menundukkan wajahnya. “Baiklah... Sakura...” jawabnya. Lidahnya terasa kaku karena jarang memanggil adik kembarnya dengan nama saja.
Sakura kembali terkekeh melihat kakak kembarnya itu. “Ngomong-ngomong, bolehkah aku meminta camilanku seperti biasanya?” pinta Sakura dengan nada lembut.
Kiku membungkukkan badannya dan berkata, “Baik, Ou... maksudku, Sakura.” Ia kemudian berjalan menuju dapur.
Sakura tersenyum. Ia memang dikenal sebagai ratu yang egois, sewenang-wenang, dan suka menghukum orang yang tak taat pada perintahnya. Banyak rakyat yang tak suka padanya tetapi takut menentang lantaran takut dipenjara atau dihukum mati. Walaupun begitu, ia sangat menyayangi Kiku melebihi siapapun karena hanya kakak kembarnya yang tahu betul sifat dan pola pikir Sakura. Kiku pun demikian. Ia tetap menganggap Sakura sebagai adik yang manis walaupun egois. Kiku juga sangat menyayangi Sakura. Ia tak ingin senyum Sakura terhapus dari wajah manisnya. Singkat kata, Kiku ingin membuat Sakura selalu tersenyum bahagia.
Tak lama kemudian, Kiku masuk ke dalam singasana Sakura sambil membawa nampan berisi camilan kesukaan Sakura dan menaruhnya di meja kecil di dekat Sakura. Saat hendak mohon diri, Sakura menepuk-nepuk kursi di sampingnya yang biasanya digunakan oleh penasehatnya sebagai isyarat agar Kiku duduk di sana. Kiku pun hanya menurut dan duduk manis di sana.
“Aku ingin berjalan-jalan ke kerajaan Kak Yong-Soo,” gumam Sakura memecah keheningan. Tampak semburat merah di pipinya. Sudah bisa ditebak bahwa Sakura menyukai pangeran bernama Im Yong-Soo itu.
Kiku hanya tersenyum. “Mau kutemani?”
Mata Sakura berbinar. “Benarkah?”
“Tentu saja!” Kiku mengangguk. Adik kembarnya bahagia, itulah yang membuat Kiku senang.
“Terima kasih, Kiku-niichan! Niichan memang kakak paling baik!” puji Sakura.
“Niichan, ‘kan, memang kakak paling baik,” tambah Kiku dengan nada bangga.
Sakura memukul lengan Kiku perlahan sambil tersenyum menahan tawa. “Kutarik kembali ucapanku yang membuat Niichan melambung tinggi tadi.”
Sekarang, mereka benar-benar terlihat seperti anak kembar. Bercanda bersama, berbagi cerita, dan tertawa bersama tak peduli dengan penampilan Sakura dengan kimono mewah atau Kiku yang hanya mengenakan kimono sederhana. Kebahagiaan. Hanya itulah kata yang bisa menggambarkan mereka sekarang.

***

Sesuai rencana, Sakura dan Kiku mengunjungi kerajaan Yong-Soo. Sakura sedang asyik melihat-lihat barang yang dijual di pusat kota. Karena itu, Sakura menyuruh Kiku untuk berjalan-jalan duluan.
Angin cukup kencang saat itu. Topi yang dikenakan Kiku pun terbang dan jatuh tepat di samping seorang gadis yang mengenakan cheongsam berwarna kombinasi merah muda dan putih. Gadis itu memungut topi Kiku. Kiku berlari kecil ke tempat topinya berada.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat Kiku yang berlari ke arahnya. Ia tersenyum dan bertanya, “Apakah ini topimu?”
Kiku berhenti dan mengatur napasnya. Entah mengapa, jantungnya berdebar sangat keras. Ada apa ini?
“I-iya, itu topiku,” katanya terbata-bata. “Terima kasih...”
Gadis itu masih tersenyum. “Tak masalah,” jawabnya. “Sepertinya kau bukan orang sini. Siapa namamu?”
“Namaku... Honda Kiku,” jawab Kiku, debaran jantungnya masih tak beraturan.
“Namaku Lin Yi Ling. Senang bertemu denganmu, Kiku!” ucap gadis yang ternyata bernama Lin Yi Ling itu ramah.
“Yi Ling!”
Kedua orang itu menoleh. Tampak seorang pemuda dengan hanbok berwarna yang berdiri tak jauh dari mereka. Ia adalah Im Yong-Soo, putra mahkota kerajaan yang Kiku kunjungi ini.
“Sepertinya aku harus pergi sekarang,” kata Yi Ling sambil mengulurkan tangannya. “Sampai jumpa lagi, Kiku!”
Kiku dengan ragu menjabat tangan Yi Ling. Debar jantung yang teratur kini berubah menjadi rasa nyeri. “Sampai jumpa lagi, Yi Ling-san...”
Kiku menatap Yi Ling yang melambaikan tangan ke arahnya dengan pandangan nanar. Ia harus tegar, dan harus menerimanya. Sejenak ia menarik napas panjang dan berbalik. Betapa terkejutnya Kiku ketika melihat Sakura yang menangis di sana. Sekarang Kiku sadar. Sakura menyukai Yong-Soo, dan pemandangan tadi pasti membuat Sakura terpukul. Sakura bahkan tetap diam dan menangis setelah pulang. Kiku juga ikut terdiam. Ia tak tahu bagaimana cara agar adik kembarnya itu tersenyum kembali.
“Kiku-niichan...” panggil Sakura tiba-tiba.
Kiku terkejut mendengar suara Sakura yang dingin, tidak lembut seperti biasanya. “Baik?”
Sakura terdiam sejenak. Ia memetik sehelai daun dan menghancurkannya. “Bunuh dia...”
“Maaf?”
“Bunuh gadis tadi...”
Kiku terbelalak. Maksudnya... membunuh Yi Ling? Membunuh orang yang dicintainya? Tidak! Ia tidak mau melakukannya. Ia takkan pernah melakukannya!
Tapi, Kiku tak bisa melihat adiknya terus bersedih seperti ini. Ah, sepertinya ia tak punya pilihan lain. Ia pun membungkukkan badannya di depan Sakura yang masih berlinang air mata. “Akan saya laksanakan segera.”
Kiku pun berangkat mencari Yi Ling. Ia berharap ia tak bertemu Yi Ling kali ini. Namun, takdir berkata lain. Ia bertemu Yi Ling tak lama setelah ia meninggalkan kerajaan.
“Hai, Kiku! Kita bertemu lagi!” seru Yi Ling riang.
Kiku memaksakan seulas senyum. “Bisakah kita bicara?”
Yi Ling mengangguk. “Tentu!” jawabnya. “Mau bicara apa?”
Kiku terdiam. Tangan kanannya yang membawa pisau bergetar. Jujur, ia tak bisa menodongkan pisau ke arah gadis tak bersalah. Ini terlalu berat bagi Kiku.
“Lakukan.”
Kiku menatap Yi Ling. Gadis itu menyunggingkan senyum tegar.
“Lakukan saja Kiku,” ulang Yi Ling. “Aku memang baru saja bertemu denganmu. Namun, aku begitu senang walaupun hanya sebentar. Ya, mungkin ini sudah saatnya bagiku untuk pergi.” Yi Ling menghela napas. "Walau aku sudah tiada, jangan lupakan aku, ya!"
Kiku terperangah. Yi Ling begitu pasrah saat akan menyongsong kematiannya. Tangan Kiku masih gemetar saat menodongkan pisau ke arah Yi Ling. Saat akan menembak, Kiku berkata, “Terima kasih, Yi Ling-san... Maafkan aku...”
Pisau Kiku menancap mengenai Yi Ling. Yi Ling jatuh terduduk. Sebelum menutup mata, ia berkata lirih, “Selamat tinggal, Kiku...”

***

Seminggu berlalu. Kerajaan Sakura berjalan seperti biasa. Namun, hari ini terasa agak aneh. Tampak banyak orang bersejata yang berkerumun di depan istana. Kiku yang melihatnya merasakan adanya firasat buruk. Ditambah lagi Im Yong-Soo dan sepupunya yang bernama Wang Yao berdiri di antara orang-orang itu. Mungkinkah Yong-Soo menemukan jasad Yi Ling dan tahu bahwa Sakura-lah yang mengeluarkan perintah untuk membunuh Yi Ling? Itu berarti... Sakura dalam bahaya!
Kiku segera berlari menuju kamarnya dan mencari Sakura. Ketika berpapasan dengan Sakura, Kiku segera menarik tangan Sakura dan berlari ke ruang bawah tanah.
“Ada apa, Niichan?” tanya Sakura heran.
Tanpa basa-basi, Kiku memberikan kimononya yang diambilnya dari kamar kepada Sakura. “Sepertinya akan ada pemberontakan di sini.”
“Pemberontakan?”
“Sekarang pakailah kimono ini kemudian larilah sejauh mungkin. Jangan sampai orang-orang itu menangkapmu,” kata Kiku tanpa mempedulikan pertanyaan Sakura.
“Bagaimana dengan Niichan?” tanya Sakura lagi.
Kiku memakai kimono Sakura yang juga ia ambil tadi. “Aku akan menggantikanmu.”
Saat itu air mata Sakura pecah. Ia menangis lagi, dan itu membuat Kiku sedih. Tapi, Kiku tak punya pilihan lain dan tak punya waktu.
“Sakura, kau harus tetap hidup meskipun Niichan tak ada di sampingmu,” kata Kiku dengan berat hati. “Niichan tahu ini berat, namun kita tak punya pilihan lain. Niichan bersyukur kita kembar sehingga niichan bisa melindungimu dengan mudah. Jadi, kau harus berjanji untuk tetap hidup. Mengerti?”
Sakura mengangguk dengan ragu. Matanya sembab dan sinar kesedihan itu lebih kuat. Sebelum tekadnya hilang, Kiku segera meninggalkan Sakura dan berjalan menuju ruangan utama.
Tak lama kemudian, Yong-Soo dan Wang Yao menemukan Kiku yang berada di ruangan utama. Orang-orang yang lain berada di luar untuk memporak-porandakan istana. Wang Yao yang tak tahu bahwa yang berdiri di sana itu adalah Kiku segera menodongkan pedangnya. “Kau tak bisa mundur lagi, gadis iblis!”
“Sekarang kami akan memberikanmu bayaran atas apa yang telah kau lakukan!” tambah Yong-Soo dengan pancaran mata penuh amarah.
Kiku berbalik perlahan dan tersenyum. Ia tak mengatakan apa-apa, hanya berjalan mengikuti Yong-Soo dan Wang Yao yang menyeretnya menuju penjara tempat ia menunggu eksekusinya esok sore.

***

Pukul empat sore adalah waktu eksekusinya. Kiku akan menjalani hukuman gantung. Semua orang menunggu waktu eksekusi, termasuk Sakura. Kiku berdiri di depan pintu tempat eksekusi dengan tangan diikat. Ia sempat melihat Sakura yang hampir menangis di sana. Sebelum ia masuk ke dalam, ia berkata lirih, “Sayonara, ore no daiji na imouto...”

***

Kiku sudah memasuki ruang eksekusi. Sakura yang berlinang air mata berlari ke pantai sambil membawa botol kaca berisi secarik kertas yang berisi tentang permohonannya. Angin laut menghembus ke arahnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, ia menghanyutkan botol kaca itu dan berdoa.
“Semoga kita bisa bersama lagi jika terlahir kembali,” ucap Sakura dalam doanya.
Angin berhembus dari belakang Sakura. Tiba-tiba, suara lembut di belakang Sakura yang sudah familiar di telinganya berkata, “Akan sangat menyenangkan jika kita bersama kembali saat terlahir kembali nanti.”
Sakura menoleh. Tampak bayangan Kiku yang tersenyum manis kepada Sakura. Sakura tak tahu apakah itu benar-benar Kiku atau hanya ilusinya saja. Sakura hanya bisa tersenyum dan menitikkan air mata.

“Aku juga senang jika kita bersama lagi nanti...”




Maaf kalau jelek, minna-san T^T Kemampuan Kitsune cuma segini, jadi harap maklum, nee! :D Ja, sampai di sini dulu postingan Kitsune. See you at the next post! :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar