Yahoo, minna-san! :D Huwaa! Kitsune dipusingkan oleh try out Bahasa Inggris tadi pagi, nih :( (dan entah kenapa seharian ini Kitsune selalu yandere mode on ==" *ditimpuk sendal*) Ja, hari ini Kitsune pengen ngepost fanfic (?) buatan Kitsune, nih :D Udah lama, sih. Tapi karena nggak sempat (atau males *dijitak*), jadi baru di-post sekarang deh :D
Oniichan no Gisei
Dahulu kala, di sebuah kerajaan yang jauh, seorang ratu mempunyai
anak kembar, laki-laki dan perempuan. Namun, keduanya terpisah saat berumur
delapan tahun. Enam tahun kemudian, mereka kembali bertemu. Sang gadis menjadi
seorang ratu muda yang egois sedangkan saudaranya menjadi pelayan pribadinya.
Honda Sakura membunyikan lonceng yang berada di sampingnya. Tak lama
kemudian, Honda Kiku menghadap Sakura dengan kimono sederhana layaknya seorang pelayan istana. Ya, Kiku memang pelayan pribadi ratu.
Atau lebih tepatnya, pelayan pribadi adik kembarnya sendiri.
“Apakah Anda membutuhkan sesuatu, Oujo-sama?” tanya Kiku sopan.
Sakura terkekeh. “Jangan terlalu formal begitu, Kiku-niichan,”
katanya sambil tersenyum layaknya seorang adik kecil yang manis.
“Tapi...”
“Tak ada orang di sekitar sini yang mendengarnya,” potong
Sakura. “Santai saja. Aku takkan menghukum Niichan, kok,” lanjutnya.
Kiku terperangah, lalu menundukkan wajahnya. “Baiklah... Sakura...”
jawabnya. Lidahnya terasa kaku karena jarang memanggil adik kembarnya dengan
nama saja.
Sakura kembali terkekeh melihat kakak kembarnya itu.
“Ngomong-ngomong, bolehkah aku meminta camilanku seperti biasanya?” pinta
Sakura dengan nada lembut.
Kiku membungkukkan badannya dan berkata, “Baik, Ou... maksudku,
Sakura.” Ia kemudian berjalan menuju dapur.
Sakura tersenyum. Ia memang dikenal sebagai ratu yang egois,
sewenang-wenang, dan suka menghukum orang yang tak taat pada perintahnya.
Banyak rakyat yang tak suka padanya tetapi takut menentang lantaran takut dipenjara atau dihukum mati.
Walaupun begitu, ia sangat menyayangi Kiku melebihi siapapun karena hanya
kakak kembarnya yang tahu betul sifat dan pola pikir Sakura. Kiku pun
demikian. Ia tetap menganggap Sakura sebagai adik yang manis walaupun egois.
Kiku juga sangat menyayangi Sakura. Ia tak ingin senyum Sakura terhapus
dari wajah manisnya. Singkat kata, Kiku ingin membuat Sakura selalu
tersenyum bahagia.
Tak lama kemudian, Kiku masuk ke dalam singasana Sakura sambil
membawa nampan berisi camilan kesukaan Sakura dan menaruhnya di meja kecil
di dekat Sakura. Saat hendak mohon diri, Sakura menepuk-nepuk kursi di
sampingnya yang biasanya digunakan oleh penasehatnya sebagai isyarat agar Kiku duduk di sana. Kiku pun hanya menurut dan duduk manis di sana.
“Aku ingin berjalan-jalan ke kerajaan Kak Yong-Soo,” gumam Sakura memecah keheningan. Tampak semburat merah di pipinya. Sudah bisa ditebak bahwa
Sakura menyukai pangeran bernama Im Yong-Soo itu.
Kiku hanya tersenyum. “Mau kutemani?”
Mata Sakura berbinar. “Benarkah?”
“Tentu saja!” Kiku mengangguk. Adik kembarnya bahagia, itulah yang
membuat Kiku senang.
“Terima kasih, Kiku-niichan! Niichan memang kakak paling baik!” puji
Sakura.
“Niichan, ‘kan, memang kakak paling baik,” tambah Kiku dengan nada
bangga.
Sakura memukul lengan Kiku perlahan sambil tersenyum menahan
tawa. “Kutarik kembali ucapanku yang membuat Niichan melambung tinggi tadi.”
Sekarang, mereka benar-benar terlihat seperti anak kembar. Bercanda
bersama, berbagi cerita, dan tertawa bersama tak peduli dengan penampilan
Sakura dengan kimono mewah atau Kiku yang hanya mengenakan kimono sederhana.
Kebahagiaan. Hanya itulah kata yang bisa menggambarkan mereka sekarang.
***
Sesuai rencana, Sakura dan Kiku mengunjungi kerajaan Yong-Soo.
Sakura sedang asyik melihat-lihat barang yang dijual di pusat kota. Karena
itu, Sakura menyuruh Kiku untuk berjalan-jalan duluan.
Angin cukup kencang saat itu. Topi yang dikenakan Kiku pun terbang
dan jatuh tepat di samping seorang gadis yang mengenakan cheongsam berwarna kombinasi merah muda dan putih.
Gadis itu memungut topi Kiku. Kiku berlari kecil ke tempat topinya berada.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat Kiku yang berlari ke
arahnya. Ia tersenyum dan bertanya, “Apakah ini topimu?”
Kiku berhenti dan mengatur napasnya. Entah mengapa, jantungnya
berdebar sangat keras. Ada apa ini?
“I-iya, itu topiku,” katanya terbata-bata. “Terima kasih...”
Gadis itu masih tersenyum. “Tak masalah,” jawabnya. “Sepertinya kau bukan orang sini. Siapa namamu?”
“Namaku... Honda Kiku,” jawab Kiku, debaran jantungnya masih tak
beraturan.
“Namaku Lin Yi Ling. Senang bertemu denganmu, Kiku!” ucap gadis yang ternyata
bernama Lin Yi Ling itu ramah.
“Yi Ling!”
Kedua orang itu menoleh. Tampak seorang pemuda dengan hanbok berwarna yang
berdiri tak jauh dari mereka. Ia adalah Im Yong-Soo, putra mahkota kerajaan yang Kiku kunjungi ini.
“Sepertinya aku harus pergi sekarang,” kata Yi Ling sambil
mengulurkan tangannya. “Sampai jumpa lagi, Kiku!”
Kiku dengan ragu menjabat tangan Yi Ling. Debar jantung yang
teratur kini berubah menjadi rasa nyeri. “Sampai jumpa lagi, Yi Ling-san...”
Kiku menatap Yi Ling yang melambaikan tangan ke arahnya dengan
pandangan nanar. Ia harus tegar, dan harus menerimanya. Sejenak ia menarik
napas panjang dan berbalik. Betapa terkejutnya Kiku ketika melihat Sakura yang menangis di sana. Sekarang Kiku sadar. Sakura menyukai Yong-Soo, dan
pemandangan tadi pasti membuat Sakura terpukul. Sakura bahkan tetap diam
dan menangis setelah pulang. Kiku juga ikut terdiam. Ia tak tahu bagaimana
cara agar adik kembarnya itu tersenyum kembali.
“Kiku-niichan...” panggil Sakura tiba-tiba.
Kiku terkejut mendengar suara Sakura yang dingin, tidak lembut
seperti biasanya. “Baik?”
Sakura terdiam sejenak. Ia memetik sehelai daun dan
menghancurkannya. “Bunuh dia...”
“Maaf?”
“Bunuh gadis tadi...”
Kiku terbelalak. Maksudnya... membunuh Yi Ling? Membunuh orang
yang dicintainya? Tidak! Ia tidak mau melakukannya. Ia takkan pernah
melakukannya!
Tapi, Kiku tak bisa melihat adiknya terus bersedih seperti ini.
Ah, sepertinya ia tak punya pilihan lain. Ia pun membungkukkan badannya di
depan Sakura yang masih berlinang air mata. “Akan saya laksanakan segera.”
Kiku pun berangkat mencari Yi Ling. Ia berharap ia tak bertemu
Yi Ling kali ini. Namun, takdir berkata lain. Ia bertemu Yi Ling tak lama
setelah ia meninggalkan kerajaan.
“Hai, Kiku! Kita bertemu lagi!” seru Yi Ling riang.
Kiku memaksakan seulas senyum. “Bisakah kita bicara?”
Yi Ling mengangguk. “Tentu!” jawabnya. “Mau bicara apa?”
Kiku terdiam. Tangan kanannya yang membawa pisau bergetar. Jujur,
ia tak bisa menodongkan pisau ke arah gadis tak bersalah. Ini terlalu berat
bagi Kiku.
“Lakukan.”
Kiku menatap Yi Ling. Gadis itu menyunggingkan senyum tegar.
“Lakukan saja Kiku,” ulang Yi Ling. “Aku memang baru saja bertemu
denganmu. Namun, aku begitu senang walaupun hanya sebentar. Ya, mungkin ini
sudah saatnya bagiku untuk pergi.” Yi Ling menghela napas. "Walau aku sudah tiada, jangan lupakan aku, ya!"
Kiku terperangah. Yi Ling begitu pasrah saat akan menyongsong
kematiannya. Tangan Kiku masih gemetar saat menodongkan pisau ke arah
Yi Ling. Saat akan menembak, Kiku berkata, “Terima kasih, Yi Ling-san... Maafkan
aku...”
Pisau Kiku menancap mengenai Yi Ling. Yi Ling jatuh terduduk. Sebelum menutup mata, ia berkata lirih, “Selamat tinggal,
Kiku...”
***
Seminggu berlalu. Kerajaan Sakura berjalan seperti biasa. Namun,
hari ini terasa agak aneh. Tampak banyak orang bersejata yang berkerumun di
depan istana. Kiku yang melihatnya merasakan adanya firasat buruk. Ditambah
lagi Im Yong-Soo dan sepupunya yang bernama Wang Yao berdiri di antara orang-orang itu.
Mungkinkah Yong-Soo menemukan jasad Yi Ling dan tahu bahwa Sakura-lah yang
mengeluarkan perintah untuk membunuh Yi Ling? Itu berarti... Sakura dalam
bahaya!
Kiku segera berlari menuju kamarnya dan mencari Sakura. Ketika
berpapasan dengan Sakura, Kiku segera menarik tangan Sakura dan berlari
ke ruang bawah tanah.
“Ada apa, Niichan?” tanya Sakura heran.
Tanpa basa-basi, Kiku memberikan kimononya yang diambilnya dari kamar
kepada Sakura. “Sepertinya akan ada pemberontakan di sini.”
“Pemberontakan?”
“Sekarang pakailah kimono ini kemudian larilah sejauh mungkin.
Jangan sampai orang-orang itu menangkapmu,” kata Kiku tanpa mempedulikan
pertanyaan Sakura.
“Bagaimana dengan Niichan?” tanya Sakura lagi.
Kiku memakai kimono Sakura yang juga ia ambil tadi. “Aku akan
menggantikanmu.”
Saat itu air mata Sakura pecah. Ia menangis lagi, dan itu
membuat Kiku sedih. Tapi, Kiku tak punya pilihan lain dan tak punya waktu.
“Sakura, kau harus tetap hidup meskipun Niichan tak ada di sampingmu,”
kata Kiku dengan berat hati. “Niichan tahu ini berat, namun kita tak punya
pilihan lain. Niichan bersyukur kita kembar sehingga niichan bisa melindungimu dengan
mudah. Jadi, kau harus berjanji untuk tetap hidup. Mengerti?”
Sakura mengangguk dengan ragu. Matanya sembab dan sinar
kesedihan itu lebih kuat. Sebelum tekadnya hilang, Kiku segera meninggalkan
Sakura dan berjalan menuju ruangan utama.
Tak lama kemudian, Yong-Soo dan Wang Yao menemukan Kiku yang berada di
ruangan utama. Orang-orang yang lain berada di luar untuk memporak-porandakan
istana. Wang Yao yang tak tahu bahwa yang berdiri di sana itu adalah Kiku segera
menodongkan pedangnya. “Kau tak bisa mundur lagi, gadis iblis!”
“Sekarang kami akan memberikanmu bayaran atas apa yang telah kau lakukan!”
tambah Yong-Soo dengan pancaran mata penuh amarah.
Kiku berbalik perlahan dan tersenyum. Ia tak mengatakan apa-apa,
hanya berjalan mengikuti Yong-Soo dan Wang Yao yang menyeretnya menuju penjara tempat
ia menunggu eksekusinya esok sore.
***
Pukul empat sore adalah waktu eksekusinya. Kiku akan menjalani hukuman gantung. Semua orang menunggu waktu eksekusi, termasuk Sakura. Kiku berdiri di depan pintu tempat eksekusi dengan tangan diikat. Ia sempat melihat
Sakura yang hampir menangis di sana. Sebelum ia masuk ke dalam, ia berkata
lirih, “Sayonara, ore no daiji na imouto...”
***
Kiku sudah memasuki ruang eksekusi. Sakura yang berlinang air
mata berlari ke pantai sambil membawa botol kaca berisi secarik kertas yang
berisi tentang permohonannya. Angin laut menghembus ke arahnya. Dengan perasaan
yang bercampur aduk, ia menghanyutkan botol kaca itu dan berdoa.
“Semoga kita bisa bersama lagi jika terlahir kembali,” ucap
Sakura dalam doanya.
Angin berhembus dari belakang Sakura. Tiba-tiba, suara lembut di
belakang Sakura yang sudah familiar di telinganya berkata, “Akan sangat
menyenangkan jika kita bersama kembali saat terlahir kembali nanti.”
Sakura menoleh. Tampak bayangan Kiku yang tersenyum manis
kepada Sakura. Sakura tak tahu apakah itu benar-benar Kiku atau hanya
ilusinya saja. Sakura hanya bisa tersenyum dan menitikkan air mata.
“Aku juga senang jika kita bersama lagi nanti...”
Maaf kalau jelek, minna-san T^T Kemampuan Kitsune cuma segini, jadi harap maklum, nee! :D Ja, sampai di sini dulu postingan Kitsune. See you at the next post! :)