Minggu, 02 Desember 2012

My Novel : Aitai! (Chapter 1)


Always....

            Kapan, ya, aku bisa keluar dari istana ini dan berkenalan dengannya? batin gadis berambut pirang sebatas siku memakai gaun bergaya victoria berwarna biru laut sambil mengamati keluar jendela kamarnya yang luas. Pandangannya tertuju pada pemuda berambut oranye kemerahan yang membawa buku-buku pelajaran. Gadis itu memandangi setiap gerak-gerik sang pemuda dengan pandangan tertarik.
          “Putri Whalle, Raja Oceana memanggil anda untuk menemui beliau sekarang,” panggil seorang dayang yang sudah berada di dalam kamar gadis yang ternyata seorang putri.
          Whalle menoleh kearah si dayang. “Baiklah, Norris. Aku akan ke sana.”
          Dayang yang dipanggil Norris itu mendekati Whalle. “Saya lihat putri selalu memandangi jendela akhir-akhir ini? Ada apa gerangan?”
          Whalle membuka kotak musiknya yang berwarna emas kecoklatan. Musik mengalun ketika kotak itu terbuka. Kotak musik yang sekaligus berfungsi sebagai tempat penyimpanan tiara emas khas Kerajaan Oceana yang berhias cangkang kerang dan permata berwarna biru muda milik Whalle. ‘Seorang putri wajib memakai tiara saat menemui raja atau pada saat acara penting lainnya,’ begitulah peraturan di Kerajaan Oceana.
          “Tak apa. Hanya saja, aku ingin keluar istana dan berkenalan dengan orang-orang luar.”
          Norris membelai rambut Whalle. Keluarga Kerajaan Oceana memang dekat dengan para dayangnya. “Jika konflik dengan Kerajaan Volcano usai, putri pasti bisa keluar istana.”
          Whalle menghela napas panjang. “Tapi kapan konflik ini berakhir? Aku benci!”
          “Konflik tak akan selamanya berlangsung, Putri Whalle,” tenang Norris. “Konflik pasti akan berakhir.”
          Whalle mengangguk lemas. Ia tak tahu kapan ia bisa menyapa pemuda yang selalu ia amati. Kerajaan Oceana dan Kerajaan Volcano, kerajaan yang mempunyai elemen berlawanan tetapi tetap rukun. Tapi sejak perseteruan kepala daerah dari kedua belah pihak yang tak mau mengalah, terjadilah konflik seperti saat ini. Karena itulah anggota kerajaan Oceana tak boleh keluartermasuk Whalle sendirikarena ditakutkan akan ada penawanan. Whalle, kedua kakak, dan adiknya tak bisa keluar istana. Putri Whalle harus merelakan waktunya untuk belajar di sekolah sampai konflik mereda. Walaupun pasrah, Putri Whalle tak bisa menahan diri untuk tak merindukan suasana diluar tembok istana.
***
          Whalle baru saja menuruni tangga ketika melihat kedua kakak dan adiknya juga berkumpul di singasana ayahnya. “Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Whalle?”
          “Begini,” mulai Raja Oceana, “Kakak kalian, Starolle Oceana, ayah rencanakan untuk ikut mengatasi konflik di daerah Blue Coral.”
          “Eh? Kak Starolle ikut? Memangnya pasukan kerajaan kemana?” seru Wavera, kakak kedua Whalle.
          “Kerajaan kita kekurangan pasukan saat ini. Jendral meminta ayah untuk mengikutkan anak laki-laki di kerajaan kita untuk mengatasi konflik ini. Jika ayah hanya mengikutkan rakyat saja, tentunya tak adil, sedangkan ayah juga mempunya anak laki-laki. Makanya Starolle ayah ikutkan,” jelas Raja Oceana. “Kau tak keberatan, kan, Starolle?”
          Starolle mengangguk. “Demi kedamaian, Starolle rela melakukan apapun, Ayah.”
          Setelah Starolle bicara, seorang anak laki-laki mengangkat tangan kanannya ke udara. Raja Oceana yang tahu maksudnya pun berkata, “Ada yang ingin kau bicarakan, Sharkora?”
          Adik Whalle yang bernama Sharkora itu menurunkan tangannya lalu berkata, “Bolehkah aku ikut?”
          Raja Oceana mengangkat sebelah alisnya, lalu menggeleng pelan. “Umurmu baru 13 tahun, sedangkan minimal yang terjun ke daerah konflik harus berumur 17 tahun.”
          Sharkora cemberut setelah mendengar perkataan Raja Oceana. Tentu saja. Sudah lama ia menantikan ini setelah bertahun-tahun mempersiapkan diri. Terjun ke daerah konflik atau ke medan perang, itulah yang ia inginkan. Sharkora memang suka tantangan, tapi sayangnya ia harus menjadi ‘si Bungsu’. Coba saja jika ia hanya lebih muda 1 tahun daripada Starolle yang berumur 19 tahun. Pasti ia dibolehkan, malah diperintahkan untuk ikut.
          Whalle yang melihat mimik wajah adiknya hanya terkikik pelan. Whalle adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya adalah Starolle Oceana, berumur 19 tahun. Ia sudah dipersiapkan untuk menjadi raja Oceana yang berikutnya. Kakak keduanya adalah Wavera Oceana, tunangan Pangeran Clavo dari kerajaan Clover yang berumur 17 tahun. Kemudian adik Whalle satu-satunya adalah Sharkora Oceana, berumur 13 tahun yang menjadikan Starolle sebagai motivasinya. Whalle sendiri berumur 15 tahun, menjadi senior di sekolah kerajaan dan juga sebagai ketua organisasi terkemuka di sekolahnya. Gadis ini mempunyai kemampuan memanah target dengan tepat dan ahli dalam berkuda.
          “Baiklah, untuk para anak laki-laki silahkan kembali mengerjakan aktivitas masing-masing,” perintah Raja Oceana seperti seorang jendral yang memerintah prajuritnya. “Bubar, jalan!”
          Setelah Starolle dan Sharkora tak ada di ruangan tersebut, Raja Oceana kembali bicara. “Baiklah, sekarang ayah akan jelaskan kenapa ayah memanggil para tuan putri yang manis-manis ini.”
          Whalle melengos, sedangkan Wavera tertawa pelan. Whalle yang tak terima segera berkata dengan nada sinis dan tatapan khas pembunuh berdarah dingin. “Apa?!”
          Wavera menatap ayahnya sambil berusaha menahan tawanya. “Seharusnya ayahanda tahu bahwa Whalle tak mau disebut ‘Tuan Putri yang Manis’,” ujarnya. Tawanya akhirnya meledak. Kali ini volume tawanya semakin keras.
          “Jika Kak Clavo tahu tingkah kakak saat ini, ia pasti segera membuang cincin pertunangannya dengan kakak,” balasnya sambil menutup kedua telinganya dengan tangan.
          “Teganya kau,” ujar Wavera dengan nada memelas tapi memasang wajah mengejek.
          Raja Oceana hanya tersenyum simpul. Whalle dan Wavera memang sering melakukan kegiatan saling-mengejek-satu-sama-lain seperti saat ini. Walaupun begitu, kedua putri tersebut tetap kompak jika membahas hal-hal favorit mereka.
“Kalian sudah selesai?” tanya Raja Oceana setelah beberapa saat Whalle dan Wavera berdebat.
Kedua putri tersebut menoleh kearah ayah mereka, lalu berpandangan. “Sudah, Ayah!” jawab mereka berdua, kompak.
“Baiklah,” kata Raja Oceana, “Kemarin ayah mendapat undangan dari kerajaan sebelah. Mereka mengundang kalian berdua untuk mendatangi pesta topeng di sana.”
Wavera mengangkat tangan kanannya seraya berkata, “Apakah Kerajaan Clover juga diundang?”
“Tentu saja, Wavera. Pangeran Clavo dan adik kembarnya, Putri Clova, juga akan menghadiri pesta itu,” jelas Raja Oceana.
Whalle langsung sweatdrop. “Dasar orang yang sedang kasmaran,” gumamnya.
“Apa katamu?!” pekik Wavera.
“Orang yang sedang kasmaran!”
***
          “Ada masalah apa yang membuat ayah memanggilku ke sini?” tanya seorang pemuda berambut oranye kemerahan yang berdiri menghadap ayahnya, Raja Volcano.
          “Kerajaan kita mendapat undangan pesta topeng dari kerajaan sebelah, dan undangan itu ditujukan padamu,” jelas Raja Volcano.
          “Lho? Aku tidak membantu di daerah konflik, ya?” tanyanya lagi.
          “Umurmu masih 15 tahun, Phoe. Pasukan yang terjun ke daerah konflik minimal harus berumur 17 tahun,” kata Raja Volcano. “Kau, kan, pangeran satu-satunya di kerajaan ini. Tentu saja kau harus datang untuk mewakili kerajaan kita.”
          Pemuda yang ternyata pangeran bernama Phoe itu menghela napas panjang. “Pasti akan membosankan.”
          “Oh, ayolah. Banyak pangeran dan putri dari kerajaan lain yang diundang, kok. Siapa tahu kau bisa mendapat teman baru,” rayu raja yang masih berusia sekitar akhir 30-an itu.
          “Baiklah, ayah,” kata sang pangeran sambil mengangkat kedua tangannya, pasrah. “Aku akan datang.”
          Raja Volcano tersenyum simpul. “Sekarang kau boleh kembali.”
          Phoe berbalik menuju kamarnya. Ia malas berteman. Kebanyakan temannya mau berteman dengannya karena ia adalah seorang pangeran Kerajaan Volcano. Para penjilat, itulah yang bisa menggambarkan mereka. Karena kakaknya membantu di daerah konflik, ia menjadi putra satu-satunya yang tinggal di istana. Dan untuk menghibur diri karena kesepian, Phoe sering berkunjung di Kerajaan Oceana. Tentu saja dengan penyamaran dan tanpa diketahui oleh para pengawal istana.
          “Semoga saja aku bisa bertahan di pesta itu,” gumam Phoe.
***
          “Kakak yakin aku pantas mengenakan gaun ini?”
          “Tentu saja, adikku sayang,” kata Wavera menggoda.
          Whalle merengut. Ia memandang dirinya yang terbungkus oleh gaun bergaya victoria di cermin dari atas sampai bawah. Gaun terusan berwarna ungu dikombinasi dengan renda warna merah muda dan ditambah dengan rompi yang senada dengan bajunya terlihat manis. Rambut pirang panjangnya dibiarkan tergerai namun tertata dengan rapi dan apik. Topengnya berwarna biru muda dengan hiasan tiga helai bulu berwarna biru tua. Tentu saja ia juga memakai tiara khas Kerajaan Oceana-nya.
          “Kakak benar-benar yakin aku cocok mengenakan gaun ini?” tanyanya ragu.
          “Kau ingin mengenakan gaun berwarna biru?” Wavera balik bertanya.
          Whalle mengangguk.
Wavera menarik napas panjang. “Biru saja yang ingin kau gunakan. Kau juga harus memakai warna lain agar tidak bosan.”
“Tapi, aku tak yakin...”
“Sudahlah,” ujar Wavera sambil berkacak pinggang. “Dari tadi kau bertanya terus tentang penampilanmu. Sekarang biarkan aku yang bertanya. bagaimana penampilanku ini?”
Whalle memandangi kakaknya dari atas sampai bawah. Ia mengenakan gaun terusan dengan lengan sesiku berwarna oranye dengan renda dan pita dibagian belakang berwarna kuning yang juga bergaya victoria. Rambutnya yang berwarna pirang gelap juga dibiarkan tergerai dan dihiasi bunga chrysant dibagian samping. Topengnya berwarna merah dengan renda merah muda yang menghiasi bingkai topeng tersebut. Ia juga mengenakan tiara seperti Whalle, namun tiara Wavera lebih besar dan permata yang berada di tiara tersebut berwarna biru tua.
“Kakak cantik, kok. Kak Clavo pasti semakin sayang pada kakak,” goda Whalle.
Wavera tersipu. “Jangan menggodaku seperti itu!”
“Biarin!”
“Kau!”
***
“Harus pakai topeng, ya?” gumam Phoe pada dirinya sendiri.
Saat Phoe mencari topeng yang senada dengan bajunya, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Phoe berjalan mendekati pintu dan membukanya. Tampak seorang pemuda berumur sekitar 20 tahunan berdiri di ambang pintu sambil menyunggingkan senyum manis. Baju prajurit kerajaan Volcano membungkus badannya.
Phoe mengangkat sebelah alisnya. “Kakak kenapa pulang?”
Pemuda tersebut ternyata kakak Phoe, Fore Volcano yang membantu di daerah konflik. Ia mengacak-acak rambut oranye kemerahan adiknya dengan gemas. “Hanya mengambil bahan makanan,” katanya, “Kau cocok memakai baju itu.”
“Kakak yakin?”     
Fore mengamati baju Phoe dari atas sampai bawah. Phoe mengenakan setelan berwarna merah redup dengan hiasan emas dibagian pinggir ditambah slayer berwarna oranye, senada sekali dengan rambutnya yang berwarna oranye kemerahan.
“Aku tidak bohong,” kata Fore meyakinkan. “Mana topeng dan mahkotamu?”
Phoe berbalik kearah mahkota yang ia letakkan di mejanya, kemudian beralih menuju rak meja tersebut, mencari benda yang disebut topeng itu. Setelah beberapa menit mencari, ia mengacungkan topeng berwarna merah-oranye polos dan mengenakan mahkota emas dengan hiasan tiga permata berwarna oranye.
Fore mengambil topeng itu dari tangan Phoe dan mengamatinya. “Sepertinya kau masih tergila-gila dengan warna merah dan oranye. Bukan begitu?” tanyanya, “Tampaknya kau masih bertahan dengan mahkotamu itu walaupun kau lebih suka mahkotaku.”
Phoe hanya mendengus. Ia memang suka warna merah dan oranye. Walaupun begitu, ia lebih suka merah, karena merah menyimbolkan keberanian dan semangat yang berkobar seperti api. Itulah yang menjadi motivasi Phoe selama ini. Berani menakhlukkan tantangan didepan mata dengan semangat yang membara. Phoe memang lebih menyukai mahkota kakaknya yang berhias tiga permata berwarna merah. Namun ia telah menerimanya karena memang inilah derita menjadi anak bungsu.
“Sudahlah, cepat berangkat sana. Kau bisa dimarahi ayah jika terlambat,” usir Fore sambil mendorong Phoe keluar kamar.
“Enak saja! Ini kamarku! Kenapa kakak yang mengusirku? Seharusnya kakak yang pergi dari sini!”
“Sudah, cepat berangkat!”
***

My Story : Aitai! (List of Characters)

  Hai, hai, hai! :D Kitsune kembali lagi! *ditimpuk sandal* T-T Kali ini, Kitsune mau nge-post-in novel buatan Kitsune, nih! Tapi Kitsune bahas dulu karakter-karakternya. Oke? *gag ada yang nyahut* *sound effect : suara jangkrik*
 Ini dia list of character 'Aitai!'. Banyak yang belum Kitsune isi, sih (karena Kitsune bingung, kosongi dulu aja <= nggak jelas ==")
 Well, lets check it out!


Starolle Oceana
Full Name   : Starolle Chro Oceana
Nick Name : Starolle
Born             : 22th January
Age              : 19 years old
Gender         : Male
Kingdom      : Oceana
Height         : 176 cm
Weight        :
Blood Type : O
Eyes             :
Hair             : Dark Silver

Wavera Oceana
Full Name   : Wavera Oyster Oceana
Nick Name : Wavera
Born             : 3rd August
Age              : 17 years old
Gender         : Female
Kingdom      : Oceana
Height         : 165 cm
Weight        :
Blood Type : B
Eyes             :
Hair             : Bright Blonde

Whalle Oceana
Full Name   : Whalle Dolph Oceana
Nick Name : Whalle
Born             : 29th May
Age              : 15 years old
Gender         : Female
Kingdom      : Oceana
Height         : 161 cm
Weight        :
Blood Type : B
Eyes             :
Hair             : Blonde

Sharkora Oceana
Full Name   : Sharkora Turtl Oceana
Nick Name : Sharkora
Born             : 5th May
Age               : 13 years old
Gender         : Male
Kingdom      : Oceana
Height          : 157 cm
Weight        :
Blood Type : B
Eyes             :
Hair             : Silver

Fore Volcano
Full Name   : Fore Flame Volcano
Nick Name : Fore
Born             : 6th September
Age              : 20 years old
Gender         : Male
Kingdom      : Volcano
Height         : 171 cm
Weight        :
Blood Type  : B (?)
Eyes             :
Hair             : Reddish Orange

Phoe Volcano
Full Name   : Phoenix Firey Volcano
Nick Name : Phoe
Born             : 24th March
Age               : 15 years old
Gender         : Male
Kingdom      : Volcano
Height         : 167 cm
Weight        :
Blood Type : AB
Eyes             :
Hair             : Reddish Orange

  Yaps, itu dia karakter-karakter 'Aitai!'. Baru sedikit, sih. Soalnya Kitsune masih ragu-ragu (alasannya nggak tepat banget, yak? ==") Nanti karakter lainnya menyusul, ya! Terima kasih sudah membaca! *nunduk*

~Arigatou Gozaimashita~